Di tengah keramaian dunia media digital Indonesia, Mojok.co hadir sebagai oase segar dengan gaya khasnya yang santai, lucu, dan menggigit. Media ini memosisikan diri sebagai tempat untuk membaca artikel-artikel ringan, jenaka, namun tetap sarat makna. Esai-esai di Mojok bukanlah tulisan akademik yang rumit, melainkan refleksi personal atau pandangan tajam atas fenomena sosial, budaya, bahkan percintaan, yang disampaikan dalam gaya bercerita ringan nan renyah. Tidak heran jika banyak penulis muda bercita-cita menembus redaksi Mojok dan bergabung sebagai kontributor.
Namun, seperti halnya media lain, Mojok memiliki standar dan prosedur pengiriman tulisan yang patut dipahami sebelum memutuskan untuk menulis. Di sini kita akan mengulas secara menyeluruh bagaimana cara mengirim esai ke Mojok.co—mulai dari gaya penulisan yang diharapkan, ketentuan teknis pengiriman, hingga bagaimana peluang dimuat dapat diperbesar.
Mojok dan Karakteristik Tulisan yang Dimuat
Sebelum mulai menulis, penting memahami terlebih dahulu seperti apa karakter tulisan yang dicari oleh Mojok. Mojok.co bukanlah media berita yang kaku atau akademis. Rubrik Esai di Mojok lebih bersifat reflektif, naratif, dan menyentuh sisi keseharian. Tulisan-tulisan yang dimuat di sana seringkali lahir dari momen-momen remeh dalam kehidupan sehari-hari—pengalaman naik angkot, konflik dengan tetangga, obrolan di warung kopi, bahkan kontemplasi saat duduk di toilet. Hal-hal kecil yang mungkin tampak biasa, namun bisa dikemas menjadi wacana sosial yang menarik dan jenaka.
Dalam satu wawancara yang pernah disampaikan oleh redaksi Mojok, disebutkan bahwa tulisan yang bagus di Mojok adalah yang bisa membuat pembaca merasa, “Ah, aku juga pernah ngalamin ini,” atau “Wah, ini mah gua banget.” Maka dari itu, esai Mojok sangat bergantung pada kepekaan penulis dalam menangkap fenomena sekitar, serta kemampuannya menarasikan itu dalam bentuk tulisan ringan tapi tajam.
Panjang Tulisan dan Gaya Penulisan
Mojok menyukai tulisan-tulisan pendek, berkisar antara 600 sampai 1.000 kata. Itu setara dengan waktu baca sekitar 5–10 menit saja—seperminuman kopi. Tidak perlu berpanjang-panjang, apalagi bertele-tele. Cukup padat, jelas, dan menyenangkan dibaca. Mojok tidak mencari tulisan ilmiah dengan catatan kaki, melainkan esai naratif yang bisa dibaca sambil menunggu lampu merah, mengisi waktu jeda istirahat kantor, atau menunggu giliran di barbershop.
Gaya bahasa yang digunakan bisa santai, boleh menyisipkan humor, bahkan sindiran. Namun tentu saja, tetap menjaga sopan santun dan tidak menyebarkan ujaran kebencian, hoaks, atau informasi yang bisa memicu konflik SARA. Mojok menyukai tulisan dengan suara personal, tetapi tetap menyajikannya dalam bentuk esai yang memancing renungan atau membuat pembaca berpikir ulang soal suatu hal.
Topik yang Bisa Diangkat
Karena esai Mojok bersifat terbuka, maka hampir semua topik kehidupan bisa dijadikan bahan tulisan. Berikut beberapa tema populer yang sering muncul:
- Kehidupan sehari-hari: pengalaman lucu atau menyebalkan di rumah, kantor, jalan raya.
- Hubungan sosial: pertemanan, keluarga, cinta, patah hati.
- Budaya pop: musik, film, game, tren TikTok, meme, dan lainnya.
- Pengalaman pribadi yang unik: seperti menjadi anak kos, mantan aktivis, pengidap fobia aneh, pengguna transportasi umum, atau pelanggan setia warteg.
- Refleksi sosial: keresahan terhadap sistem pendidikan, birokrasi kampus, atau pola komunikasi generasi muda.
Tak ada batas pasti tentang tema. Selama ditulis dengan cara yang menarik dan tidak membosankan, kemungkinan dimuat selalu terbuka.
Cara Mengirimkan Tulisan ke Mojok
Setelah tulisan selesai, langkah berikutnya adalah mengirimkan esai ke redaksi Mojok. Mojok menerima tulisan dari pembaca untuk rubrik Esai melalui email. Berikut ketentuan teknisnya:
1. Alamat Pengiriman
Kirimkan naskah ke alamat email: redaksi@mojok.co. Jangan lupa, gunakan subjek email: Esai.
2. Format Pengiriman
Tulisan harus dikirimkan langsung di body email, bukan dalam bentuk lampiran atau attachment. Format penulisan sebaiknya menggunakan paragraf-paragraf pendek agar nyaman dibaca di layar.
3. Identitas Kontributor Baru
Jika belum pernah menulis di Mojok, wajib menyertakan identitas lengkap di akhir tulisan dalam email, mencakup:
- Nama lengkap (sesuai KTP)
- Alamat (sesuai KTP)
- Nomor HP aktif
- Akun media sosial (Instagram, Twitter, Facebook, dsb.)
- Atribusi/profil singkat (misalnya: Penulis lepas asal Solo, gemar nulis dan minum kopi hitam)
- Nomor rekening (beserta nama bank, KCP, nomor rekening, dan nama pemilik rekening)
- NIK (Nomor Induk Kependudukan)
- NPWP (jika punya)
- Foto diri
Informasi tersebut dicantumkan di body email, sedangkan foto diri, scan KTP/NIK, dan NPWP dikirim dalam bentuk lampiran.
Proses Seleksi dan Honorarium
Tidak semua tulisan yang dikirim ke Mojok akan dimuat. Namun, jika tulisan dianggap layak tayang, redaksi akan segera menghubungi penulis melalui email. Biasanya konfirmasi diberikan dalam waktu maksimal 7 hari. Jika tidak ada balasan selama rentang waktu tersebut, dapat dianggap bahwa tulisan tidak lolos kurasi.
Bagi tulisan yang dimuat, Mojok memberikan honorarium sebesar Rp 325.000, belum dipotong pajak. Pembayaran dilakukan melalui transfer bank dan biasanya ditransfer dalam waktu maksimal satu bulan setelah tulisan tayang.
Jika dalam waktu lebih dari satu bulan belum menerima pembayaran, penulis dapat menghubungi bagian keuangan Mojok melalui email finance@mojok.co dengan format subjek:
[TANYA HONOR]_Esai_NamaPenulis
Contoh: [TANYA HONOR]_Esai_Andini
Hak Cipta dan Republikasi
Mojok memiliki kebijakan terbuka mengenai hak cipta. Artinya, hak cipta tulisan tetap menjadi milik penulis. Penulis diperbolehkan menerbitkan ulang tulisannya di media lain setelah minimal satu minggu tayang di Mojok, dengan syarat:
- Memberi tahu redaksi Mojok terlebih dahulu via email.
- Mencantumkan bahwa tulisan tersebut pernah dimuat di Mojok.co dalam unggahan ulang tersebut.
Kebijakan ini memberikan keleluasaan bagi penulis yang ingin mengarsipkan karyanya secara pribadi, atau menerbitkan ulang di blog pribadi, platform Medium, atau bahkan buku kumpulan esai.
Tips Agar Tulisan Lebih Berpeluang Dimuat
Mengirim tulisan ke media populer tentu menghadapkan penulis pada kompetisi. Untuk meningkatkan kemungkinan dimuat, beberapa kiat berikut bisa dijadikan panduan:
1. Baca Mojok Sebanyak Mungkin
Pelajari gaya tulisannya. Perhatikan judul, pembukaan, cara penulis menyusun narasi, hingga penggunaan humor atau punchline.
2. Pilih Sudut Pandang yang Tak Biasa
Mojok menyukai tulisan yang menggali sisi unik dari peristiwa biasa. Alih-alih menulis “susahnya jadi pengangguran,” bisa diganti menjadi “Nikmatnya Jadi Pengangguran di Era Shopee dan WiFi Gratis.”
3. Gunakan Judul yang Menggoda
Judul adalah pintu masuk. Buatlah judul yang langsung menarik perhatian, entah karena lucu, mengejutkan, atau bermain diksi.
4. Buka dengan Kalimat yang Kuat
Pembuka harus mampu mengajak pembaca bertahan sampai akhir. Bisa berupa pertanyaan retoris, pengakuan mengejutkan, atau kutipan yang relatable.
5. Tutup dengan Refleksi Ringan atau Punchline
Mojok menyukai akhir tulisan yang tidak menggurui. Biarkan pembaca berpikir sendiri setelah dibawa tertawa atau bergumam, “anjay, bener juga ya.”
6. Cek dan Sunting Sendiri Tulisan Sebelum Dikirim
Pastikan tidak ada typo, kesalahan logika, atau kalimat yang terlalu panjang. Tunjukkan bahwa tulisan tersebut memang layak muat.
Menulis di Mojok Bukan Soal Serius, Tapi Tetap Butuh Serius
Menembus Mojok.co memang terdengar menyenangkan, apalagi dengan gaya tulisannya yang santai dan ringan. Tapi jangan salah, di balik kelucuan dan kejenakaan tulisan Mojok, tetap ada standar ketat soal narasi, gaya bahasa, dan daya tarik. Menulis dengan gaya Mojok bukan berarti asal tulis atau seenaknya. Justru di sanalah tantangannya—mengemas sesuatu yang biasa menjadi luar biasa, menyentuh tanpa terkesan menggurui, dan menyindir tanpa menjatuhkan.
Mojok memberi panggung bagi suara-suara kecil yang sering tak terdengar di media arus utama. Maka, siapa pun yang punya cerita unik dan keberanian menuliskannya dengan jujur, layak mencoba mengirimkan esai ke Mojok. Mungkin, tulisan yang lahir saat menunggu nasi goreng di emperan itu akan jadi bacaan yang viral keesokan harinya.
Menulis di Mojok memang tak menjanjikan ketenaran instan, tetapi cukup untuk menghadirkan secangkir pengakuan: bahwa kisah sehari-hari pun bisa layak dibaca dan dirayakan.