Pengertian Pariwisata Menurut Para Ahli

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pariwisata diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi.

Pariwisata telah menjadi salah satu sektor penting dalam pembangunan ekonomi global dan nasional. Hampir setiap negara di dunia kini berlomba mengembangkan potensi wisatanya, baik dari segi alam, budaya, maupun buatan. Namun, sebelum membahas lebih jauh tentang manfaat dan dampaknya, penting untuk memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan pariwisata. Istilah ini bukan sekadar tentang bepergian atau berlibur, tetapi juga mencakup dimensi sosial, ekonomi, budaya, bahkan spiritual yang luas.

Secara etimologis, pariwisata berasal dari bahasa Sanskerta, yang terdiri atas dua kata, yaitu pari dan wisata. Kata pari berarti “penuh”, “seluruh”, atau “berkeliling”, sedangkan wisata berarti “perjalanan”. Jika digabungkan, maka pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan secara menyeluruh dari satu tempat ke tempat lain. Dalam konteks modern, istilah ini kemudian berkembang menjadi kegiatan perjalanan sementara waktu yang dilakukan seseorang ke daerah lain dengan tujuan rekreasi, hiburan, ataupun keperluan lain yang tidak bersifat mencari nafkah.

Pengertian Pariwisata Menurut Para Ahli

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pariwisata diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi. Pengertian ini menegaskan bahwa kegiatan wisata tidak hanya mencakup aspek perjalanan fisik, tetapi juga pengalaman emosional dan sosial yang diperoleh seseorang selama berwisata.

Pengertian Pariwisata Menurut Para Ahli

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam, berikut beberapa pendapat para ahli yang memberikan definisi tentang pariwisata dari berbagai perspektif akademik dan praktis.

1. Koen Meyers (2009)

Menurut Koen Meyers, pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap ataupun mencari nafkah, melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang, ataupun liburan.

Definisi ini menekankan dua hal penting: pertama, sifat sementara dari kegiatan pariwisata; kedua, tujuan non-ekonomis, yakni rekreasi atau eksplorasi. Artinya, pariwisata bukanlah aktivitas untuk mencari pekerjaan atau menetap di tempat lain, melainkan untuk memperoleh pengalaman dan kepuasan pribadi.

2. Prof. Salah Wahab (dalam Oka A. Yoeti, 1996:116)

Menurut Prof. Salah Wahab, pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar, yang mendapatkan pelayanan secara bergantian di antara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri atau di luar negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu dalam rangka mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan yang dialaminya di tempat asal.

Definisi ini menambahkan unsur kesadaran, pertukaran layanan, dan pengalaman berbeda sebagai bagian dari pariwisata. Dengan kata lain, kegiatan pariwisata tidak bisa terjadi tanpa adanya interaksi sosial antara wisatawan dan masyarakat lokal. Di sinilah muncul dimensi sosial pariwisata yang memperkaya pemahaman terhadap konsep tersebut.

3. Hunziker dan Krapf (1942)

Dua ahli asal Swiss ini mendefinisikan pariwisata sebagai seluruh kegiatan perjalanan seseorang yang dilakukan untuk sementara waktu ke suatu tempat di luar tempat tinggalnya dengan tujuan selain mencari nafkah, serta aktivitas-aktivitas yang muncul dari keberadaan wisatawan di tempat tersebut.

Pendapat ini menyoroti dua pihak yang saling berkaitan dalam dunia pariwisata, yaitu wisatawan sebagai subjek dan masyarakat lokal sebagai pihak yang menyediakan fasilitas, layanan, serta interaksi sosial.

4. A.J. Burkart dan S. Medlik (1987)

Menurut A.J. Burkart dan S. Medlik, pariwisata mencakup semua kegiatan yang terjadi ketika seseorang melakukan perjalanan dan tinggal di luar tempat tinggalnya, asalkan tujuan perjalanan tersebut bukan untuk kegiatan yang menghasilkan pendapatan.

Pendapat ini memperluas cakupan pariwisata, termasuk perjalanan bisnis, studi, dan kegiatan budaya selama tidak bersifat menetap. Di sini terlihat bahwa pariwisata adalah sistem sosial-ekonomi yang kompleks, melibatkan mobilitas manusia dan dinamika ekonomi lokal.

5. WTO (World Tourism Organization)

Menurut WTO, pariwisata mencakup seluruh kegiatan perjalanan seseorang ke dan tinggal di tempat di luar lingkungan tempat tinggalnya selama tidak lebih dari satu tahun secara berurutan untuk tujuan rekreasi, bisnis, dan keperluan lainnya.

Definisi ini menjadi rujukan internasional yang menekankan unsur jangka waktu, tujuan non-permanen, serta dimensi ekonomi global dari pariwisata.

Perbedaan Istilah Pariwisata, Wisata, dan Tourism

Dalam bahasa Inggris, dikenal istilah travel, tour, dan tourism. Meskipun tampak mirip, ketiganya memiliki perbedaan makna.

  1. Travel berarti perjalanan, yaitu aktivitas berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa memperhatikan alasan atau tujuan perjalanan.
  2. Tour mengandung makna perjalanan keliling atau berputar kembali ke titik awal, sama seperti makna pari dalam kata pariwisata.
  3. Tourism, sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Cambridge, adalah bisnis penyediaan jasa seperti transportasi, akomodasi, dan hiburan bagi orang-orang yang sedang berlibur.

Dari perbedaan ini, dapat disimpulkan bahwa pariwisata (tourism) mencakup sistem yang lebih luas, melibatkan wisatawan, penyedia jasa, pemerintah, dan masyarakat lokal.

Komponen-Komponen dalam Pariwisata

Menurut berbagai literatur, sistem pariwisata terdiri atas beberapa komponen penting yang saling terhubung:

  1. Wisatawan (Tourist) – individu atau kelompok yang melakukan perjalanan wisata.
  2. Daerah Tujuan Wisata (Destination) – tempat yang memiliki daya tarik, baik alam, budaya, maupun buatan.
  3. Transportasi (Transportation) – sarana yang digunakan wisatawan untuk mencapai tempat tujuan.
  4. Akomodasi (Accommodation) – tempat tinggal sementara selama wisatawan berada di lokasi tujuan.
  5. Fasilitas dan Pelayanan Pendukung – meliputi restoran, tempat hiburan, pusat oleh-oleh, dan jasa lainnya.
  6. Informasi dan Promosi – media yang berperan dalam menarik minat wisatawan.

Keseluruhan komponen tersebut membentuk ekosistem pariwisata, yang memerlukan koordinasi dan pengelolaan agar dapat berjalan dengan baik serta memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan budaya.

Fungsi dan Tujuan Pariwisata

Pariwisata tidak hanya sekadar aktivitas hiburan, tetapi memiliki berbagai fungsi dan tujuan yang lebih luas:

  1. Fungsi Ekonomi – menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan daerah, dan memperkuat devisa negara.
  2. Fungsi Sosial – mempererat hubungan antarbudaya, meningkatkan toleransi, dan memperkaya wawasan masyarakat.
  3. Fungsi Pendidikan – memberikan pengalaman belajar langsung melalui interaksi dengan budaya, sejarah, dan alam.
  4. Fungsi Kesehatan Mental – membantu seseorang melepaskan stres dan menemukan keseimbangan emosional.

Dengan demikian, pariwisata memiliki dimensi multidisipliner yang berperan penting dalam pembangunan berkelanjutan.

Makna dan Esensi Pariwisata di Era Modern

Dalam perkembangan global, pariwisata kini menjadi industri besar yang melibatkan berbagai sektor — mulai dari transportasi, kuliner, hingga ekonomi kreatif. Namun, di balik semua itu, makna dasar pariwisata tetap sama: pencarian pengalaman dan kebahagiaan melalui perjalanan.

Era digital juga mengubah cara orang berwisata. Kini, wisatawan tidak hanya mencari tempat yang indah, tetapi juga pengalaman autentik yang bisa dibagikan secara digital. Tren ini dikenal sebagai experience-based tourism, di mana nilai utama bukan lagi pada lokasi, tetapi pada cerita dan pengalaman pribadi.

Selain itu, muncul pula konsep sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan. Konsep ini menekankan keseimbangan antara kebutuhan wisatawan, pelestarian lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat lokal.

Berdasarkan berbagai pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu keluar dari tempat tinggal seseorang dengan tujuan rekreasi, eksplorasi, atau kepuasan pribadi, tanpa mencari nafkah atau menetap secara permanen.

Dengan memahami pengertian pariwisata secara mendalam, baik dari segi etimologi, teori, maupun praktik, maka masyarakat dapat melihat bahwa pariwisata bukan sekadar kegiatan jalan-jalan. Ini adalah bagian penting dari peradaban manusia yang terus berkembang, memberikan manfaat ekonomi sekaligus memperkaya nilai-nilai sosial dan budaya di seluruh dunia.

© Kirim Tulisan. All rights reserved.