Di era digital ketika setiap orang bisa dengan mudah memublikasikan karyanya di media sosial atau blog pribadi, kesempatan untuk menyalurkan karya sastra ke media resmi masih tetap memiliki daya tarik tersendiri. Salah satu peluang yang kini terbuka datang dari Maarifnujateng.or.id, media resmi LP Ma’arif NU Jawa Tengah periode 2024–2029, yang mulai 1 November 2024 menerima kiriman naskah puisi dari berbagai kalangan. Menariknya, setiap naskah puisi yang lolos seleksi akan mendapat honorarium sebesar Rp50.000.
Kebijakan ini mungkin terlihat sederhana, namun di baliknya tersimpan semangat besar untuk menghidupkan tradisi menulis, membaca, dan mengapresiasi karya sastra, terutama yang bernafaskan keislaman, kebudayaan, serta nilai-nilai ke-NU-an.
Sasaran Penulis yang Luas
Redaksi membuka peluang selebar-lebarnya. Bukan hanya guru, dosen, kepala sekolah atau madrasah, tetapi juga siswa, mahasiswa, santri, para kiai, hingga masyarakat umum di seluruh Indonesia. Artinya, siapa pun yang memiliki kegemaran menulis puisi dan ingin tulisannya diapresiasi, berhak untuk ikut serta.
Dengan langkah ini, LP Ma’arif NU Jateng berusaha menjadi rumah kreatif bersama, tempat di mana gagasan dan imajinasi dari berbagai kalangan bisa bertemu, direkam, dan dibagikan kepada publik yang lebih luas.
Ketentuan Karya
Ada sejumlah aturan penting yang harus dipahami calon penulis. Pertama, dalam satu pengiriman harus terdapat minimal lima puisi, yang dihitung sebagai satu naskah. Kedua, puisi yang dikirim diutamakan mengangkat tema-tema seputar NU, pendidikan, ke-Ma’arifan, Islam, sastra, budaya, serta nilai kebangsaan dan karakter.
Selain itu, syarat orisinalitas dijaga sangat ketat: karya tidak boleh pernah dipublikasikan di media apa pun, termasuk blog pribadi. Bahkan, redaksi secara tegas menolak karya hasil plagiasi maupun olahan kecerdasan buatan (AI). Setiap naskah akan diperiksa baik secara manual maupun dengan alat pendeteksi AI.
Bagi penulis, hal ini sekaligus tantangan sekaligus dorongan agar benar-benar menghadirkan karya autentik yang lahir dari proses kreatif pribadi.
Mekanisme Penerimaan dan Pemuatan
Naskah yang diterima akan diseleksi oleh redaksi, dan pemuatan puisi dijadwalkan khusus pada hari Ahad/Minggu. Jika karya tidak dimuat dalam waktu satu bulan sejak pengiriman tanpa ada balasan email, penulis dipersilakan mengirimkan naskahnya ke media lain. Namun, jika redaksi sudah memberikan konfirmasi, maka naskah tidak boleh dikirim ke media lain.
Poin ini menunjukkan adanya komitmen profesionalisme: di satu sisi redaksi berusaha adil agar karya tidak terkatung-katung, di sisi lain penulis diajak untuk disiplin mengikuti mekanisme media.
Pengiriman naskah hanya diterima melalui email resminya: asnapustaka@gmail.com. Naskah yang masuk akan diseleksi terlebih dahulu. Untuk lengkapnya bisa dibaca di https://maarifnujateng.or.id/cara-kirim-tulisan/
Honorarium: Bentuk Apresiasi Nyata
Besarnya honor Rp50.000 mungkin terdengar kecil jika dilihat dari sisi finansial semata. Namun jika dipandang sebagai bentuk penghargaan simbolis, angka tersebut justru penting. Tidak banyak media yang secara konsisten memberikan honor bagi puisi, apalagi media berbasis organisasi sosial-keagamaan seperti Ma’arif NU.
Honorarium ini menjadi wujud pengakuan bahwa karya sastra memiliki nilai, dan para penulis pantas diberi apresiasi. Bagi guru, santri, atau mahasiswa yang sedang merintis jalan kepenulisan, kesempatan ini bisa menjadi pintu masuk untuk mengukuhkan identitas sebagai penyair sekaligus memperluas jaringan pembaca.
Menghidupkan Tradisi Sastra dan Pendidikan Karakter
Lebih dari sekadar urusan honor, langkah ini selaras dengan misi Ma’arif NU yang selama ini menekankan pentingnya pendidikan karakter, nilai kebangsaan, dan kearifan lokal. Puisi menjadi medium efektif untuk menyampaikan pesan moral, menghidupkan tradisi lisan dan tulisan, serta memperkuat identitas kebudayaan.
Dengan memublikasikan puisi dari berbagai kalangan, redaksi Maarifnujateng.or.id berperan aktif menjaga keberlangsungan sastra di ruang publik. Ia bukan hanya menjadi media informasi, tetapi juga ruang apresiasi bagi karya seni dan sastra.
Menolak Plagiasi dan AI Writing
Salah satu poin menarik dari ketentuan ini adalah sikap tegas redaksi menolak karya hasil AI seperti ChatGPT atau generator teks sejenis. Di satu sisi, ini bisa dipahami sebagai bentuk perlindungan terhadap nilai keaslian dan kreativitas manusia. Dunia sastra pada dasarnya adalah ekspresi batin dan pengalaman personal, sesuatu yang tidak bisa sepenuhnya digantikan oleh mesin.
Dengan kebijakan ini, redaksi memberi pesan kuat bahwa kejujuran intelektual adalah bagian tak terpisahkan dari tradisi keilmuan dan kesusastraan.
Kesempatan yang Layak Dicoba
Bagi para penulis, tawaran ini layak dicoba. Dengan ketentuan minimal lima puisi, ada ruang luas untuk bereksperimen dengan tema, gaya bahasa, dan bentuk ekspresi. Di samping itu, adanya honorarium menambah semangat.
Bahkan lebih dari itu, karya yang dipublikasikan di media resmi LP Ma’arif NU Jateng memiliki nilai tambah tersendiri, baik sebagai portofolio maupun sebagai kontribusi nyata dalam mengembangkan khazanah sastra dan pendidikan Islam di Indonesia.
Program kirim puisi berhonor Rp50.000 dari LP Ma’arif NU Jateng ini bukan semata tentang uang, melainkan tentang apresiasi, ruang ekspresi, dan kontribusi budaya. Ia menjadi ajakan agar lebih banyak orang menulis, membaca, dan menghidupkan kembali semangat sastra yang berakar pada nilai kebangsaan, keislaman, dan ke-NU-an.
Kesempatan ini seharusnya tidak disia-siakan, terutama oleh para guru, santri, mahasiswa, maupun siapa pun yang percaya bahwa kata-kata punya kuasa untuk mendidik, menginspirasi, dan mengubah cara pandang kita terhadap kehidupan.
Terakhir diupdate: 20 September 2025